Friday, March 31, 2006

Surat Pembaca Adalah Surat Perdamaian

Surat Pembaca Adalah Surat Perdamaian
Surya, .....

"Karena peperangan berawal dari dalam pikiran manusia, maka di dalam pikiran manusia itulah upaya untuk mempertahankan perdamaian harus dibangun". Kalimat ini adalah kutipan yang ada dalam kontitusi UNESCO. Sepertinya kalimat ini belum terlalu lengkap jika tidak ditambahi dengan kalimat berikut: “Dan menulis apa yang kita pikirkan adalah langkah awal untuk mewujudkan perdamaian itu”.
Perdamaian adalah harapan peradaban ini. Kita tidak bisa keluar dari kekerasan yang ada dalam sejarah perjalanan ini, jika tidak diperjuangkan. Perdamaian itu dimulai dari pikiran, dan agar semua orang tahu tentang itu harus ditulis agar semua orang turut berjuang.
Salah satu cara mempopulerkan tulisan perdamaian itu adalah dengan Surat Pembaca. Surat Pembaca adalah ruang publik yang disediakan media untuk sumbang saran, kritik, komplain dan menyebar ide lainnya. Surat Pembaca adalah cara menulis tentang keresahan dan ketidakadilan, mengabarkan tentang kebaikan, mengontrol sistem sosial yang dirasa tidak benar, sampai menulis tentang informasi ringan tetapi penting bagi banyak orang. Surat Pembaca tidak saja berpengaruh terhadap untuk siapa surat itu “dikepadakan”, tetapi juga menujukan eksistensi penulis itu sendiri. Seperti adigum yang dibawa oleh Warga Epistoholik Indonesia (komunitas yang sudah mengalami penyakit kecanduan terhadap surat pembaca) bahwa saya menulis dan saya ada (episto ergo sum). Surat Pembaca adalah surat perdamaian. Mari menulis Surat Pembaca. Mari menjadi wartawan seumur hidup bagi perdamaian.

NB: Tulisan ini sekaligus untuk memperingati ulang tahun Warga Epistoholik Indonesia yang jatuh pada tangal 26 Januari.

E. Musyadad
Warga Epistolohik Indonesia
Jl. Ki Hajar Dewantara I No. 11 Jombang Jawa Timur 61419

No comments:

Post a Comment

Pesta Blogger 2008